Teman Dalam Diam

   gambar diambil dari sini


Catatan ini akan menjadi sebuah bagian hidupku. Seperti serpihan-serpihan lain yang nampak tercecer kemudian hilang terbawa arus waktu. Seperti halnya perasaan yang terus hilang, lenyap, ataupun berganti. Setiap ceceran membawa waktu sendiri, mencatat sebuah rasa sendiri. Tak ada yang sama hanya terlihat nampak sama. Mungkin itu yang mereka bilang de javu. Kembali ke rasa yang nampak sama pada waktu yang berbeda.

Aku nampak pernah merasakan hal yang nampak  sama kemudian menuliskannya dengan cara yang nampaknya tak jauh berbeda. Bukan rasa kelabu yang selalu membawaku pada sebuah bab buku yang orang tahu. Hanya perasaan rindu mungkin yang terkadang tak banyak orang tahu. Aku punya ibu yang sangat mengertiku di berbagai waktu, bapak yang sering muncul pada waktu sendu, dan kamu yang nampak berusaha selalu ada setiap waktu. Tapi bukankan rasa, hati, memang selalu hanya terasa pada si empunya.
 
Suatu saat aku akan mengenang rasa ini, catatan yang sempat tercatat dan tak begitu saja terbawa arus yang pasti terus merambat. Aku pernah pada posisi ini. Titik dimana aku sendiri tak tahu lagi dimana garis untuk memulai. Aku ingat betul akupun mencatat rasa yang nampak sama ini dengan tulisan lebih singkat yang tak jauh beda berbunyi.Titik dimana grafik sering nampak seperti rekaman denyut jantung yang terus melonjak dan terjun terjerembab. Waktu seakan sangat pelan untuk beranjak, dimana hanya aku yang tau betul bahwa ada sisi yang menolak.

                                   
     gambar diambil dari sini

Selalu terbayang mempunyai satu bayang yang akan menemani sekedar untuk minum kopi, terdiam, kemudian pulang. Tak lebih dari itu. Toh sebuah impian sederhanapun terkadang hanya berakhir sebagai sebuah angan bukan? Karena semua punya kehidupan, kesibukan, dan degub kesepian yang tak akan pernah bisa berkawan. Ada bagian dari hati yang mungkin memang tak bisa dibagi dan harus dirasakan sendiri. Tak ada ijin untuk ditemani. Makanya tak aneh kalau sosok bayang teman minum kopi dalam diam itu hanya sebuah impian. Mungkin Tuhan mengirimkannya dalam bentuk diam, hujan…

                                              
gambar diambil dari sini



Jakarta, 28 November 2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jikalau

Wanita dan Wanitanya